kulas.id/ – Jumlah pendustrian di Aceh Singkil setiap tahunnya terus bertambah, bahkan di 2023 naik sebanyak 110 jika dibandingkan pada 2022.
Hal itu disampaikan Kepala Disperindagkop dan UKM Aceh Singkil, Malim Dewa, melalui
Penyuluhan Perindustrian, Cut Eva, Senin (15/9) dikantornya.
“Jumlah industri skala kecil selama tiga tahun terus mengalami kenaikan yaitu, tahun 2022 jumlah industri skala UMKM sebanyak 1.013. Jumlah itu naik 110 pada tahun 2023 menjadi 1.123. Sedangkan tahun 2024 naik sekitar 2,1 persen atau 24 menjadi 1.147,” kata Eva.
Dari jumlah industri skala UMKM itu, pengolahan kedelai menjadi tahu dan tempe yang selalu berjalan setiap tahunnya.
Walau ada kendala terutama mahalnya bahan baku kedelai serta kesulitan mencari kayu bakar.
Sementara itu jenis industri skala kecil yang ada di Aceh Singkil, antara lain industri kerupuk/kripik, peyek dan sejenisnya.
Lalu industri pengasapan atau pemanggangan ikan, industri berbasis daging lumatan dan surimi.
Industri tekstil lainnya YTDL, industri batu bata dari tanah liat/keramik, industri penggaraman/pengeringan ikan, industri barang anyaman dari tanaman.
Berikutnya industri kue basah, industri tahu kedelai, tempe kedelai, industri roti dan kue kering. Industri peragian atau fermentasi biota air lainnya, industri penjahitan dan pembuatan pakaian, industri pengolahan kopi, alat potong dan perkakas tangan.
Selanjutnya industri reparasi dan perawatan sepeda motor serta industri furnitur dari kayu. Industri skala UMKM tersebut menyerap tenaga kerja ribuan. Pada tahun 2023 umpamanya, tenaga kerja yang terlibat sebanyak 2.581 orang.
Masih pada tahun yang sama nilai investasi mencapai Rp 9.843.400.000. Sedangkan nilai produksi Rp 39.086.182.000 dan bahan baku/bahan penolong Rp 16.862.098.000.